Aceh kembali memperingati Hari Pendidikan Daerah
(Hardikda) ke-56, 2 Semptember 2015. Beragam persoalan masih menyelimuti dunia
pendidikan kita. Praktik pemalsuan ijazah, perjokian, tawuran antar pelajar dan
berbagai kasus lain yang masih mencoreng dunia intelektual ini.
Kenyataan ini menimbulkan keprihatinan kita. Di saat
kita berupaya menjadikan dunia pendidikan sebagai tumpuan utama untuk menjaga nilai-nilai
kejujuran dan susila, ternyata institusi intelektual ini masih disesaki beragam
persoalan.
Hal ini tentu tidak saja menjadi pe-er para stakeholder
pendidikan, tetapi menjadi tanggung jawab bersama meminimalisir terjangkitnya virus
ketidakjujuran dan budaya premanisme di ranah pendidikan. Kita harus sama-sama
mencari langkah tepat mengentaskan krisis moralitas dan ketidakjujuran dalam dunia
pendidikan di negeri ini.
Semua tentu sepakat dengan adagium yang menyebutkan
anak-anak zaman sekarang adalah cermin masa depan kita. Karena itu, pendidikan
anak adalah investasi penting bagi bangsa ini. Kalau anak-anak kita tidak
memperoleh pendidikan yang baik, jangan berharap masa depan yang baik bagi
bangsa ini.
Sayangnya, sampai saat ini dunia pendidikan kita belum
menemukan format terbaik di usia Kemerdekaan Republik Indonesia yang sudah 70
tahun. Format yang tidak saja melahirkan generasi cerdas, tapi juga melahirkan
intelektual yang bermoral dan berjiwa besar.
Ini menjadi aneh, kalau sampai hari ini dunia
pendidikan kita masih mencari bentuknya. Di tingkat Pemerintah Pusat saja,
perdebatan demi perdebatan tentang kebijakan pendidikan masih terus berlanjut.
Tentang ujian nasional, anggaran pendidikan, mengenai kurikulum hingga soal penentuan
bahan ajar. Setiap ganti kepemimpinan berubah pula kebijakan pemerintah dalam
mengurusi dunia pendidikan.
Alhasil, selalu terdapat kesenjangan antara apa yang
diharapkan dengan hasil yang dicapai dari proses pendidikan. Ini tentu
menunjukkan masih ada yang salah dengan sistem pendidikan nasional kita. Kalau
persoalan ini tidak diperbaiki, niscaya dunia pendidikan kita akan terpuruk
selamanya.
Untuk level Aceh, melalui momentum Hardikda 2015, mari sama-sama
kita menyelesaikan segala persoalan yang masih mengelilingi dunia pendidikan
kita. Hal utama yang harus dilakukan
adalah menciptakan proses belajar-mengajar yang baik. Sebab, hanya melalui proses belajar-mengajar
optimal yang bisa melahirkan lulusan terbaik.
Sementara untuk menjaga nilai-nilai kejujuran dan
susila di kalangan peserta didik, kita harus berupaya keras mendudukkan kembali
lembaga pendidikan sebagai institusi yang memegang teguh nilai-nilai kejujuran
dan moralitas. Salah satunya dengan cara mengoptimalkan pendidikan karakter
yang dibarengi dengan keteladanan para penyelenggara pendidikan itu sendiri.
Bila pendidikan karakter diterapkan sungguh-sungguh, Insya Allah persoalan lain
juga akan terselesaikan dengan sendirinya.[]