Tantangan Terberat Pemimpin Aceh ke Depan

Tidak bisa dipungkiri, berbagai persoalan yang kini melilit Aceh lebih disebabkan SDM kita yang rendah. Di segala sektor, Aceh masih kekurangan sumber daya manusia berkualitas. Untuk memperbaiki kondisi ini, Aceh ke depan membutuhkan pemimpin yang benar-benar mengerti persoalan dasar yang membuat Aceh masih tertinggal jauh dibandingkan provinsi lain di Indonesia.


Selain akibat konflik masa lalu, rendahnya SDM kita juga dipicu berbagai persoalan yang masih melilit dunia pendidikan di Aceh. Selama ini, praktis belum terjadi peningkatan yang signifikan pada mutu dan sarana pendidikan di Aceh. Padahal, sejak tahun 2000-an, dana yang dialokasikan untuk dunia pendidikan di Aceh melonjak ratusan persen.

Seolah, dana pendidikan yang besar itu hanya bermanfaat bagi oknum pengelola dana itu sendiri. Sementara produk yang dilahirkan oleh lembaga pendidikan kita masih jauh dari yang diharapkan. Berbagai temuan penyimpangan pada program pembenahan SDM generasi Aceh juga jarang diproses secara tuntas dan transparan.

Kita sering mendengar, dana pendidikan—khususnya berbagai proyek bagi sarana dan peningkatan mutu pendidikan—hanya menjadi permainan tarik manfaat segelintir orang yang bergentayangan di dalam dan di sekitar lembaga yang semestinya mulia itu. Padahal, harapan masa depan Aceh ada di sektor ini. Bila pengelolaan sektor ini berselemak kebusukan dan permainan keji, maka masa depan Aceh akan semakin suram.

Karenanya, pemimpin Aceh ke depan harus bisa memastikan pengelolaan dana pendidikan bebas dari praktik korupsi. Selanjutnya harus menjalankan program pengiriman tenaga pendidikan dan pelajar ke luar daerah, atau bahkan ke luar negeri, bagi peningkatan SDM dan mutu pendidikan di Aceh. Asalkan, para tenaga pendidik dan pelajar membuat kesepakatan untuk kembali dan sepenuhnya mengabdikan diri bagi kemajuan dunia pendidikan di Aceh.

Namun bila salah urus, model begini juga gampang diselewengkan. Program tersebut hanya dimanfaatkan segelintir orang yang berada di seputaran kekuasaan. Alih-alih bisa mendatangkan manfaat, malah mudharat yang didapat. Uang habis besi binasa.

Kita berharap, siapapun yang terpilih memimpin Aceh ke depan, harus berpikir jernih dan ikhlas bagi masa depan generasi muda Aceh. Kita punya tanggung jawab pada generasi mendatang dan masyarakat kini. Kita baru bisa maju bila masyarakat dan pemerintah sejalan dalam membenahi sumber daya manusia. Hanya itu yang dapat menyelamatkan Aceh dari multikrisis yang membuat daerah ini masih terpuruk di berbagai sektor.

Kondisi ini kita ingatkan, karena hampir semua negara maju di dunia, sekarang ini tidak lagi mengandalkan sumber daya alam (SDA), tapi mereka berlomba memperbaiki SDM-nya. Banyak negara yang minim SDA, tapi ditopang SDM yang berkualitas, mereka bisa melejit sebagai negara maju di dunia. Karena itu, percuma Aceh memiliki SDA yang melimpah, kalau SDM kita rendah, tetap saja Aceh akan menjadi daerah tertinggal di Indonesia. Inilah tantangan terberat pemimpin Aceh ke depan.[]