Pengamanan Pilkada

Aceh termasuk dalam zona rawan terkait pelaksanaan Pilkada Serentak 2017. Karena itu, Polri siap memberikan pengamanan ekstra ketat untuk menjamin terciptanya situasi kondusif di bumi Aceh, sebelum hingga sesudah pesta demokrasi itu berlangsung.


Meski ditentang segelintir elite Aceh, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian memastikan akan mengirimkan 1.900 personil Bawah Kendali Operasi (BKO) untuk mengamankan Pilkada Aceh. Selain itu, Polri akan meminta bantuan TNI jika sewaktu-waktu dibutuhkan.

Para personil Polri yang di-BKO-kan itu akan diterjunkan ke berbagai pelosok di Aceh yang dianggap rawan gangguan Kamtibmas. “Pasukan akan kita turunkan ke Aceh, atas persetujuan bapak Kapolri, mungkin Januari sudah berada di Aceh. Insya Allah, dengan kekuatan yang kita minta ini (1.900 personil) mudah-mudahan bisa terjamin keamanannya,” sebut Kapolda Aceh Brigjen Pol Rio Septianda Djambak, usai dilantik, Jumat lalu.

Kita berharap, kehadiran aparat keamanan di desa-desa nantinya tidak justru menjadi ‘moster’ bagi rakyat kecil. Mengingat pernah mengalami konflik berkepanjangan, wajar bila masyarakat Aceh trauma melihat aparat keamanan dengan atribut militer memasuki kampung-kampung.

Namun, tidak semua warga Aceh berperspsi seperti itu. Ada masyarakat di beberapa wilayah Aceh yang justru mengharapkan kehadiran personil TNI/Polri ke daerahnya. Dengan kehadiran aparat negara, mereka menilai, tingkat keamanan di wilayahnya semakin terjamin.

Apalagi jajaran Polri nantinya akan menetapkan status terhadap TPS-TPS di Aceh, mulai berstatus aman hingga rawan. Dan, kalaupun nanti banyak TPS yang dianggap rawan, tentu bukan sekedar prasangka. Faktanya, banyak peristiwa selama ini—yang oleh masyarakat sering menduga-duga dan mengait-ngaitkan seperti masa konflik—yang bisa saja berkembang memicu konflik baru di Aceh.

Intinya, kita saat ini sedang menunggu dengan harapan semoga Pilkada 2017 berlangsung sukses, aman dan damai. Apapun upaya aparat dalam mengamankan proses demokrasi itu, mestinya harus diterima dengan ikhlas. Sebenarnya, persoalan tidak ikhlas inilah yang membuat damai Aceh berjalan takut-takut.

Bukan hanya keikhlasan pemerintah sipil dan militer, tapi keikhlasan di antara kita untuk menerima keadaan apa adanya. Jangan mencari-cari dalih untuk membuat masalah sepele berkembang menjadi bunga konflik. Apalagi untuk kepentingan pribadi maupun kelompok. Sayangilah warga desa, masyarakat kecil yang tidak bersalah yang paling berat menanggung derita nantinya bila terjadi kekacauan dalam pelaksanaan Pilkada.


Kita berharap juga, pengamanan TPS-TPS nantinya cukup dijaga Linmas dengan dibantu polisi. Personil TNI jangan dulu dilibatkan langsung kalau memang tingkat kerawanannya belum begitu mengkhawatirkan. Mari mewujudkan Pilkada damai dengan semangat keikhlasan, kejujuran, dan keinginan membuat masyarakat Aceh tenteram, hidup bahagia dan sejahtera. Lupakan tipu muslihat demi masa depan Aceh yang lebih baik.[]