Berlomba Menjadi Pemimpin

Begitu besar keinginan masyarakat kita menjadi kepala daerah. Setiadaknya ada 188 kandidat yang mencalonkan diri, terdiri 88 pasang bupati/wakil bupati dan walikota/wakil walikota, serta 6 pasang calon gubernur/wakil gubernur.


Dari jumlah itu, dapatkah kita menemukan 20 pasangan kepala daerah untuk kabupaten/kota plus satu pasangan gubernur/wakil gubernur yang benar-benar layak disebut pemimpin? Terus terang saja, banyak harapan ditujukan pada mereka yang terpilih nantinya. Semoga, pada Pilkada 2017 akan lahir wajah-wajah ‘bersih’ dan punya konsep membangun Aceh yang maju dan modern ke depan.

Dengan penuh harap, kita memimpikan lahirnya pemimpin-pemimpin terbaik pada suksesi pemilihan kepala daerah yang dihelat 15 Februari 2017. Kita mendambakan pemimpin-pemimpin Aceh yang mampu membawa perubahan, sekaligus mengembalikan harkat martabat kita sebagai bangsa yang punya harga diri dan beradab.

Dalam hal ini, terkadang timbul pertanyaan pesimis pada diri kita masing-masing, masihkah kita miliki manusia cerdas, bijak sekaligus jujur yang mampu membawa Aceh ke arah perubahan yang baik? Ini tentu menjadi pertaruhan para pasangan kandidat yang terpilih nanti, baik untuk kabupaten/kota maupun untuk level provinsi. Sekali lagi, sebenarnya kita berharap pada kandidat dari kalangan muda yang mestinya membawa corak baru. Atau, paling tidak, pada wajah lama tapi dengan track rekord baru dan bagus.

Sebanarnya, kita juga heran melihat cukup banyak muncul kandidat yang tak memiliki kapasitas dan kapabilitas ikut mendaftarkan diri sebagai calon kepala daerah. Bagaimana percaya dirinya mereka mencalonkan diri, padahal dirinya sendiri ‘tidak berisi’? Tidakkah mereka sadar, bahwa tugas dan tanggung jawab seorang pemimpin itu tidak mudah?

Sebenarnya, pemimpin bukanlah sekedar orang yang memberikan perintah, bukan pula orang yang harus ditakuti atau diikuti. Pemimpin adalah orang yang mampu merajut harmonisasi sekaligus mampu bekerja sama untuk meraih cita-cita bersama.

Dalam Islam pun, hakekat seorang pemimpin dinyatakan sebagai pelayan umat, pelayan masyarakat. Menjadi tugas pemimpin melayani dan mendidik umat, mensejahterakan dan membimbing umat agar selalu dalam kebaikan. Utamanya, tidak membebani umat dengan segala sesuatu di luar kesanggupan mereka. Dan, semua itu akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah swt.

Pahamkah mereka akan hal ini? Jangan-jangan, kebanyakan kandidat memang sebatas haus kekuasaan seperti ambisi politikus masa lalu. Bisa saja ada tujuan besar bagi pribadi dan kelompok, dibandingkan tujuan memperbaiki Aceh ke arah yang lebih baik.

Namun, di tengah kegalauan serta ketidaktahuan kapabilitas dan kapasitas para kandidat itu, kita tetap masih berharap, terutama pada wajah-wajah baru. Sekecil apapun harapan itu, kita tabalkan sambil menunggu siapa saja yang terpilih nantinya.

Kita menginginkan Aceh berubah ke arah lebih baik, maju dan modern. Karena itu, setiap warga Aceh yang memiliki hak pilih, kita harapkan tidak salah dalam menentukan pilihan di hari pemungutan suara anti. Pilihlah mereka yang masih mungkin membawa harapan bagi kebaikan Aceh di masa mendatang.[]