Hindari Gesekan di Masa Kampanye

Proses pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur Aceh sudah memasuki tahapan kampanye terbuka. Untuk masing-masing pasangan calon, Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh hanya memberikan kesempatan dua kali kampanye terbuka di lokasi berbeda yang telah ditetapkan.


Kesempatan tersebut tentunya harus dimanfaaatkan para kandidat sebaik mungkin untuk meraih simpati publik. Di hadapan massa pendukungnya, masing-masing kandidat dituntut menunjukkan jati dirinya sabagai figur yang layak dipilih menjadi pemimpin Aceh untuk lima tahun ke depan.  

Untuk itu, orasi politik yang disampaikan dalam kampanye terbuka harus mencerahkan, sekaligus menjadi pembelajaran politik bagi masyarakat. Tak kalah pentingnya, setiap kandidat harus bisa meyakinkan rakyat bahwa dirinya adalah calon pemimpin visioner, yang mampu membawa Aceh ke arah yang lebih baik.

Ini pula yang dilakukan pasangan Irwandi Yusuf/Nova Iriansyah dalam kesempatan pertama kampanye terbuka di Lapangan Blang Asan, Matangglumpangdua, Bireuen, Sabtu (21-01-2016). Dihadiri puluhan ribu  warga dari berbagai pelosok di Kabupaten Bireuen dan sekitarnya, kampanye ini bisa dikatakan sukses. Hingga acara berakhir, tidak terjadi insiden-insiden yang mencederai semangat Pilkada damai.

Kalaupun terjadi gesekan-gesekan kecil, semuanya masih dalam konteks pembelajaran politik. Hal itu tentu dapat dimaklumi. Sebab, walau sejujur apapun politik yang dicitrakan para kontestan Pilkada, gesekan antar pendukung di lapis bawah tetap tak terhindarkan.

Walau demikian, gesekan sekecil mungkin harus selalu dihindari sehingga tidak memicu kegaduhan di masyarakat. Kepada para kandidat dan orator, kita ingatkan agar tidak melakukan kampanye hitam (black campaign) atau kampanye negatif (negative campaign). Cara-cara tidak sehat semacam itu justru akan merugikan pasangan calon sendiri. Tidak tertutup kemungkinan pula akan ditinggalkan pendukungnya karena dinilai belum layak jadi pemimpin Aceh ke depan.

Kepada masyarakat, kita mengimbau agar tidak memposisikan diri sebagai pendukung fanatik kandidat tertentu dengan menjelek-jelekkan kandidat lain. Tapi anggap saja kampanye terbuka tersebut sebagai hiburan dan syukur-syukur bisa memperoleh pembelajaran politik dari orasi politik yang disampaikan.

Kita juga tidak perlu alergi dengan ‘angin surga’ yang dihembuskan kandidat. Nikmati saja suguhan mereka di atas penggung kampanye. Jangan sepenuhnya percaya dan jangan pula terlalu cepat menolaknya. Semuanya harus dipertimbangkan, sehingga kita tidak salah pilih di saat pemungutan suara nanti.

Bagaimanapun tahapan kampanye terbuka berlangsung dan apapun orasi politiknya, berpikir positif dan kreatif harus selalu dipertahankan. Komitmen Pilkada damai tidak boleh luntur, sebagi tongkat estafet perdamaian Aceh berkelanjutan.

Akhirnya, sumua kandidat kita ingatkan untuk selalu menjunjung tinggi azas fair play dalam berkampanye, sehingga demokrasi yang sesungguhnya bisa kita wujudkan di bumi Aceh. Hanya lewat proses Pilkada damai, kita bisa melahirkan pemimpin terbaik bagi Aceh yang maju, makmur, dan bermartabat. Insya Allah![]